Rusmadi, Menyisir Pembangunan dari Akademisi ke Politik (2)

akurasi 2019
5 Min Read
Rusmadi saat mencoba langsung mesin pertanian yang disalurkan pemerintah.(ISTIMEWA)
Rusmadi, Menyisir Pembangunan dari Akademisi ke Politik
Rusmadi saat mencoba langsung mesin pertanian yang disalurkan pemerintah.(ISTIMEWA)

Akurasi.id – Kemampuan Rusmadi di bidang perencanaan pembangunan tak perlu diragukan. Dengan latar belakang seorang akademisi hingga diamanahkan sebagai Kepala Bappeda Kaltim, membuat Rusmadi paham benar bagimana semestinya memajukan pembangunan Kaltim.

Bagi bapak dua anak ini, membangun Kaltim yang mandiri dan berperadaban tidak bisa dilakukan dengan cara ujuk-ujuk. Dengan luas wilayah Kaltim yang mencapai 129.066,64 kilometer persegi (km²) dan populasi sebesar 3,6 juta, maka menyusun perencanaan yang baik dalam jangka panjang menjadi suatu keharusan.

“Pembangunan itu perspektif jangka panjang. Kalau mau bilang, membangun Kaltim itu berat, apalagi bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kaltim yang kaya akan sumber daya alam, ketika pejabatnya tidak pandai mengambil kebijakan dan mengelolanya sebaik mungkin, maka itu bisa lewat begitu saja,” kata dia.

Di sisi lain, bagi suami Herli Warsita ini, proyeksi pembangunan juga tidak boleh dilepaskan dari konsep partisipasi generasi muda. Sebab, setiap kebijakan dan program pembangunan yang dilaksanakan saat ini, yang akan menikmati baik dan buruknya adalah generasi selanjutnya.

“Problem terbesar Kaltim sampai sekarang yakni di bidang infrastruktur. Dalam 10 tahun ini sudah terlihat pembangunannya. Pembangunan infrastruktur sebagai akses pemanfaatan SDM sudah dilakukan. Misalnya, Kariangau, Buluminung, sudah mulai kelihatan,” katanya.

Pembangunan Pelabuhan Kariangau di Balikpapan dan Pelabuhan Buluminung di Penajam Paser Utara (PPU) sejatinya tak bisa dilepaskan dari peran Rusmadi. Karena semasa menjabat Kepala Bappeda Kaltim pada tahun 2009-2016, pembangunan kedua pelabuhan itu juga masuk dalam skema besar pembangunan Kaltim yang dirancang Rusmadi kala itu.

Tak hanya itu, upaya percepatan pembangunan Bandara APT Pranoto Samarinda juga tak bisa dilepaskan dari andil kerja-kerja yang dilakukan Rusmadi, baik saat menjabat Kepala Bappeda maupun Sekprov Kaltim.

Pria yang meraih gelar Doktor Bidang Production Economic and Farm Management di Universitas Los Banos, Filipina ini adalah salah satu yang getol mendorong penyelesaian bandara tersebut.

“Sekarang tinggal pembangunan KIPI Maloy yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Dan saya melihatnya memang pekerjaan jangka panjang. Karena itu investasi murni pemerintah. Apalagi infrastruktur di Kaltim yang jauh dari standar,” kata Rusmadi.

Dengan maju sebagai calon anggota DPR RI, Rusmadi ingin proyek pembangunan yang tidak sempat terselesaikan di masa ia menjabat Sekprov Kaltim bisa ia dukung melalui kebijakan anggaran maupun pembangunan yang ada di gedung Senayan Jakarta.

Rusmadi, Menyisir Pembangunan dari Akademisi ke Politik

Pemikiran Rusmadi Untuk Kaltim

Untuk dapat mewujudkan akselerasi pembangunan di 10 kabupaten/kota di Kaltim, gebrakan nyata dari pemerintah menjadi salah satu kuncinya. Baik melalui penyusunan perencanaan pembangunan yang baik hingga giat memperjuangkan alokasi anggaran pembangunan ke pemerintah pusat.

Tindakan itu dinilai Rusmadi sangat penting untuk diambil Pemerintah Kaltim. Termasuk untuk mewujudkan program pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasioanl (KIPI) Maloy di Kecamatan Sangkulirang, Kutai Timur dalam lima tahun ke depan.

“Kalau pemerintah nggak memberikan perhatian khusus, maka Maloy nggak akan bisa terwujud. Potensi sawit yang begitu luar biasa juga pasti nggak akan bisa terkelola. Bisa dibilang, ekonomi Kaltim selain tambang yakni sektor pertanian, terutama perkebunan sawit,” sebutnya.

Mengiring setiap industri ke arah hilirisasi perlu dilakukan. Sebab dari program itu terdapat nilai tambah yang cukup besar bagi spot pendapatan Kaltim. Apalagi untuk pengolahan minyak goreng dari crude palm oil (CPO).

“Kalau kita ndak punya pabrik dan ndak punya CPO, maka harga pasar luar negeri turun. Dan tentunya hal itu akan berdampak pada masyarakat. Kalau kita punya industri, paling ndak CPO yang dimanfaatkan, bisa diolah untuk minyak goreng dan olahan lain untuk pasar Indonesia,” jelasnya.

Rusmadi, Menyisir Pembangunan dari Akademisi ke Politik

Selain itu, untuk mendorong program percepatan pembangunan di Kaltim, Rusmadi menilai pemerintah perlu fokus menentukan arah pembangunan. Atas alasan itu, Rusmadi mengaku, bakal berjuang semaksimal mungkin untuk mendapatkan plot anggaran pembangunan bagi Kaltim bila nantinya dipercaya duduk di DPR RI.

“Pembangunan infrastuktur harus fokus. Membangun komunikasi dengan dewan (ketika saya menjabat Sekprov Kaltim) itu nggak gampang. Karena kita harus menghadapi banyak kepala dan kepentingan,” ujarnya.

Namun demikian, Rusmadi merasa, sepanjang apa yang dia lakukan itu benar dan sesuai aturan, maka akan terus ia suarakan dan perjuangkan. Karena bagi Rusmadi, ia sangat menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran dalam sebuah pekerjaan. Kedua prinsip itu telah mengakar kuat di sanubarinya.

“Yang saya jaga, yang penting kita nggak bermain (anggaran atau proyek). Ketika kita main proyek, ya selesailah itu. Kita nggak bisa menjaga konsistensi kita. Dan itu yang 10 tahun ini saya jaga. Ketika saya selesai menjabat, ya selesai. Alhamdulillah nggak ada masalah sampai sekarang,” imbuhnya. (bersambung)

Penulis : Muhammad Aris
Editor : Yusuf Arafah

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *