Kontroversi Pertemuan Lima Nahdliyin dengan Presiden Israel dan Respons PBNU

akurasi 2019
4 Min Read
Kontroversi Pertemuan Lima Nahdliyin dengan Presiden Israel dan Respons PBNU. Foto: Tempo.

Jakarta, Akurasi.id –  Pertemuan antara lima orang Nahdliyin dan Presiden Israel, Isaac Herzog, memicu kontroversi dan kecaman dari berbagai pihak. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dan menegaskan bahwa pertemuan tersebut tidak pantas dalam konteks hubungan diplomatik saat ini.

Dalam konferensi pers pada Selasa (16/7/2024), Gus Yahya mengungkapkan bahwa lima anggota NU tersebut diundang oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berafiliasi dengan Israel. “Saya memohon maaf kepada masyarakat luas bahwa ada beberapa orang dari kalangan NU yang pergi ke Israel melakukan engagement di sana. Ini adalah sesuatu yang tidak patut di dalam konteks suasana yang ada saat ini,” ujar Gus Yahya.

Menurut Gus Yahya, LSM tersebut memiliki jaringan yang luas dan tersebar di berbagai negara, dengan tujuan utama memuluskan kepentingan politik Israel. Lembaga ini mengundang lima anggota NU untuk bertemu dengan berbagai pihak di Israel, tanpa agenda pertemuan dengan Presiden Israel sebelumnya. “Mereka diundang oleh NGO yang merupakan advokat dari Israel. Pertemuan dengan Presiden Israel diadakan secara mendadak,” jelasnya.

Gus Yahya menambahkan bahwa kelima Nahdliyin tersebut kurang memahami konstelasi politik yang ada, sehingga hasil pertemuan tidak sesuai dengan harapan. “Mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang peta politik sehingga hasilnya berbeda dari yang diharapkan,” imbuhnya.

Kelima Nahdliyin Terlibat dalam Kunjungan

Kelima anggota NU yang terlibat dalam kunjungan ini adalah Sukron Makmun dari PWNU Banten, Zainul Maarif dari Unusia, Munawir Aziz dari PP Pagar Nusa, serta Nurul Bahrul Ulum dan Izza Annafisah Dania dari PP Fatayat NU. Mereka akan dikenakan sanksi yang prosesnya diserahkan kepada lembaga masing-masing.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta, Syamsul Ma’arif, mengaku tidak mengetahui sumber dana yang digunakan untuk keberangkatan tersebut. “Tidak ada keuntungan apapun dari keberangkatan mereka, bahkan ada yang menggunakan modal sendiri,” kata Syamsul.

Sidang Etik untuk Zainul Maarif

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) juga akan menggelar sidang etik terhadap Zainul Maarif, salah satu dosen yang turut serta dalam pertemuan tersebut. Kepala Biro Hubungan Masyarakat NU, Dwi Putri, menegaskan bahwa pertemuan tersebut adalah aktivitas individual yang tidak terkait dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan. “Unusia akan menggelar sidang etik untuk mempertanggungjawabkan aktivitas Zainul Maarif,” ujarnya.

Gus Nadir Lima Kader NU Terjebak Propaganda

Cendikiawan NU, Nadirsyah Husen atau Gus Nadir, menilai bahwa lima kader NU tersebut terjebak dalam propaganda Israel. “Peperangan tidak hanya sekadar tembak-menembak, tetapi juga ada propaganda. Mereka tidak sadar mereka terjebak dalam propaganda ini,” ujar Gus Nadir dalam wawancara dengan Kompas.com.

Gus Nadir meragukan misi perdamaian yang diusung kelima kader NU tersebut, mengingat banyak seruan damai dari pihak berwenang yang tidak berdampak apapun. “Seruan damai dari Sekjen PBB dan Vatikan bahkan tidak berefek, apalagi mereka yang tidak punya bargaining power,” tambahnya.

Langkah Ke Depan PBNU

PBNU menegaskan akan mengambil langkah tegas terhadap kelima anggotanya. “Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan. Jika ditemukan pelanggaran organisasi, bukan tidak mungkin mereka akan diberhentikan dari statusnya sebagai pengurus lembaga atau badan otonom PBNU,” kata Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf.

Kunjungan kontroversial ini menjadi pembelajaran penting bagi PBNU dalam menjaga integritas dan kebijakan organisasi di masa depan. Gus Yahya menegaskan komitmen PBNU untuk tetap konsisten dalam memperjuangkan kepentingan Palestina dan menjalin hubungan internasional yang selaras dengan nilai-nilai NU.(*)

Penulis: Ani
Editor: Ani

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *