Wakafkan Diri Benahi Kutim, Target Mahyunadi Tuntaskan Utang Pemerintah Tahun Pertama Memimpin

akurasi 2019
8 Min Read
Bakal Calon Bupati Kutim Mahyunadi saat menaiki kapal ketinting saat menyeberangi perbatasan wilayah Muara Wahau dan Busang. (Dirhan/Akurasi.id)
mahyunadi kutim
Bakal Calon Bupati Kutim Mahyunadi saat menaiki kapal ketinting saat menyeberangi perbatasan wilayah Muara Wahau dan Busang. (Dirhan/Akurasi.id)

Target Mahyunadi maju sebagai Bupati Kutim cukup beralasan. Di antaranya, karena dia merasa gelisah dengan semrawutnya pembangunan di Kutim. Karenanya, target Mahyunadi jika jadi Bupati Kutim, yakni mendorong pemerataan pembangunan. Target Mahyunadi yang lain adalah menghadirkan keadilan pembangunan.

Akurasi.id, Sangatta – Keputusan Mahyunadi untuk maju pada perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) 2020 ini tampaknya sudah benar-benar bulat. Sebagai langkah awal, Mahyunadi bahkan telah berkunjung ke sejumlah kecamatan di Kutim untuk melihat dan mendengarkan langsung aspirasi masyarakat.

baca juga: Soroti Buruknya Infrastruktur di Pedalaman Kutim, Mahyunadi: Ini Jadi Ikhtiarkan Saya untuk Membenahinya

Dari kunjungan kerja yang dia mulai di Desa Muara Pantun, Kecamatan Telen yang berlanjut ke Desa Nehes Lia Bing, Kecamatan Muara Wahau, hingga menyeberang ke Desa Rantau Sentosa, Kecamatan Busang pada tanggal 9-10 Maret 2020, Mahyunadi mencoba melihat dan mendengarkan langsung persoalan pembangunan di Kutim.

Tidak hanya sampai di situ, pada tanggal 11-12 Maret 2020, politikus Partai Golkar yang kini duduk sebagai anggota DPRD Kaltim itu, juga menyusuri pembangunan Kutim hingga ke Desa Sumber Sari, Kecamatan Long Mesangat. Lalu berlanjut ke Desa Benua Harapan, Kecamatan Batu Ampar.

Sejumlah Persoalan Pokok Masyarakat Kutim

Dari perjalanan lintas desa dan kecamatan di kawasan pelosok Kutim itu, ada sejumlah persoalan pokok yang disampaikan masyarakat. Pertama, buruknya infrastruktur jalan yang menghubungkan antar desa hingga kecamatan. Di mana, sebagian besar dari jalan tersebut masih jalan tanah. Yang mana, ketika hujan, jalan menjadi berlumpur. Sebaliknya, ketika musim kemarau, jalan pun jadi berdebu.

Atas hal itu, sebagai calon Bupati Kutim Mahyunadi mengaku, dia telah berikhtiar untuk mengabdikan dirinya menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan tersebut. Di usia yang sudah berjalan 40 tahun ini, Mahyunadi ingin menjalaninya dengan membawa pembangunan Kutim ke arah yang lebih baik lagi.

“Saya sudah berniat mewakafkan diri saya untuk mengabdi bagi pembangunan Kutim. Saya akan mewakafkan diri untuk berjuang dan berusaha membangun Kutim jika diamanatkan masyarakat sebagai bupati Kutim pada Pilkada 2020 ini,” ucap dia dengan penuh keyakinan saat berdialog dengan masyarakat di Kecamatan Batu Ampar, Rabu (11/3/20).

Pria yang karib disapa Yunat ini bercerita, keputusannya mengabdikan diri untuk mewujudkan pemerataan dan keadilan pembangunan di Kutim bukan tanpa disertai alasan. Dia bertutur, hampir semua lika-liku hidup telah dia lewati, dari yang bukan siapa-siapa hingga kini dikenal masyarakat, telah dia lewati.

Berbagai jenjang karier organisasi dan pemerintahan pun sudah pernah dia tempati. Dari menjabat ketua Hipmi dan KNPI, hingga menjadi ketua fraksi Partai Golkar dan menjabat ketua DPRD Kutim sudah pernah dia rasakan. Bermodal itu semua, dia merasa memang sudah waktunya dia mengikhtiarkan diri sepenuhnya untuk masyarakat.

“Yang belum tinggal pengabdian diri saya yang sebenar-benarnya untuk Kutim. Saya juga sudah melihat dan merasakan sendiri bagaimana kondisi infrastruktur jalan yang ada di setiap desa dan kecamatan di Kutim. Saya ingin membenahi itu lewat pengabdian saya sebagai bupati nantinya,” cakap dia.

[irp]

Mendapatkan Dorongan Masyarakat

Persoalan kedua yang banyak diterima Mahyunadi selama berkunjung ke sejumlah kecamatan di Kutim, yakni sulitnya mendapatkan jaringan listrik. Saat menginjakkan kaki di Desa Muara Pantun, Kecamatan Telen, misalnya, persoalan pertama yang dikeluhkan masyarakat adalah sulitnya mendapatkan setrum listrik.

mahyunadi kutim

Hal senada juga didapatkan Mahyunadi saat berdialog dengan masyarakat Desa Rantau Sentosa, Kecamatan Busang, ketiadaan jaringan listrik juga dikeluhkan masyarakat. Begitu juga saat bertandang ke Desa Benua Harapan, Kecamatan Batu Ampar.

“Sudah sewajarnya, masyarakat Kutim mendapatkan keadilan pembangunan. Listrik ini adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus segera diselesaikan. Saya kira, ada begitu banyak opsi yang bisa kita lakukan jika memang serius mau menyelesaikan persoalan pembangunan di masyarakat,” imbuh Mahyunadi.

Dorongan masyarakat yang kian besar agar dirinya maju sebagai calon bupati pada Pilkada 2020 ini, juga menjadi alasan kuat Mahyunadi memimpin jalannya pembangunan Kutim dalam 5 tahun ke depan. Berbekal pengalaman selama 15 tahun terakhir di legislatif, dia yakin mampu mendorong akselerasi dan pemerataan pembangunan di Kutim.

“Ada banyak masyarakat yang ingin perubahan. Ada yang ingin kemajuan pembangunan. Setelah survei, ternyata ada banyak masyarakat yang menginginkan saya maju di Pilkada Kutim sebagai bupati. Dan itu sebuah ikhtiar bagi saya,” katanya.

[irp]

Target Mahyunadi Tuntaskan Utang Pemerintah Pada Tahun Pertama Kepemimpinan

mahyunadi kutim
Mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan adalah yang ingin dilakukan Mahyunadi jika menjabat bupati Kutim. (Dirhan/Akurasi.id)

Persoalan ketiga yang juga tidak kalah penting untuk segera dituntaskan di mata Mahyunadi, yakni persoalan defisit keuangan Pemerintah Kutim. Macetnya pembangunan di Kutim dalam beberapa tahun terakhir tidak dapat dilepaskan dari tidak kunjung terselesaikannya defisit keuangan.

Mahyunadi mencontohkan, saat masih menjabat ketua DPRD Kutim, dia sempat mengusulkan pembangunan sejumlah infrastruktur lewat multi years contract (MYC). Namun usulan itu kandas lantaran pemerintah beralasan Kutim mengalami defisit.

Hal itu tidak hanya berlangsung sekali. Pada tahun-tahun berikutnya pun, usulan pembangunan kembali gagal dijalankan dikarenakan persoalan serupa, defisit. Menurutnya, saat kabupaten/kota lain telah berhasil keluar dari defisit keuangan yang melanda pada 2015-2016 lalu, Kutim justru masih berkutat dengan masalah tersebut.

“Atas alasan itu, saya mengikhtiarkan diri untuk memimpin langsung pembangun Kutim. Pada awalnya, saya berpikir, tanpa saya menjadi bupati, Kutim akan baik-baik saja. Tetapi hal sebaliknya terjadi,” tuturnya.

Dia meyakinkan, jika masyarakat mengamanatkannya sebagai bupati Kutim, maka dia akan mengupayakan pada tahun pertama dia memimpin, seluruh utang-utang pembangunan yang menyandera selama ini akan dia tuntaskan. Sehingga pada tahun kedua, upaya percepatan dan pemerataan pembangunan sudah dapat digenjot.

[irp]

iklan-mahyunadi-MAJU-KUTIM-JAYA

Persoalan infrastruktur jalan yang rusak, ketiadaan jembatan penghubung antara desa dan kecamatan, krisis listrik di sejumlah desa, hingga kesejahteraan masyarakat akan diselesaikan lewat berbagai program pembangunan. Baik lewat sumber pendanaan di APBD kabupaten, maupun lewat APBD provinsi dan APBN di pusat.

“Lewat Pilkada Kutim 2020 ini, saya meniatkan hati dan jiwa untuk maju memperbaiki Kutim. Ini bukan perjuangan saya sendiri. Bukan untuk mencari ketenaran. Saya maju dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk Kutim. Pembangunan ke depan harus merata, tidak hanya terpusat di titik yang sama,” tandasnya. (*)

Penulis/Editor: Dirhanuddin


Share This Article